Monday, August 13, 2012

CurhatKu Negeriku Part I

Betapa Anehnya Negeri Ini

Indonesia Negara Republik yang memiliki beraneka  ragam etnis mulai dari budaya, ras, suku, dengan Simbolis Negara ini yakni Garuda... yah bisa dikatakan garuda di dadaku. coba tengok di sebela garuda pancasila ketika di lihat begitu gagah tapi melainkan dalam kebisuannya tersimpan harapan yang ingin iya lontarkan pada penegak bangsa ini, politik Sang Neuralibalisme Biroktar Sang kapitalis, politikus Sang Pemburu Dolar...nah Ini yang menajdi kecendrungan para elit - elit negara yang selalu menjadi ajang yang tak seharus mementingkan diri sendiri melainkan mereka selalu mengedepankan kesejahteraan rakyat.


Satu sisi lagi yang di hadapi negeri ini yakni carut marutnya penegakan hukum..yang tak adapat terkendali dengan signifikan, hanya lontaran wacana besar dan riak2kan yang mengelora namun penyelesaiannya hanya sebuah teori tanpa implikasi.....mana kader partai yang solid terhadap masyarakat yang hanya mampu memeberikan suntik - suntikan yang penuh politik busuk....:
katanya egeri ini kaya, tapi masih ada yang lapar, katanya negeri ini " Negeri Berkembang " tapi yang dikembangkan korupsinya, katanya Negeri Ini Sang Inspirasi negeri Asean tapi Nyatanya Hanya teori....Hukum saja di ambil dari Negeri orang yah bangsa ini kayak kayak bangsa titpan negera luar...
tau tidak negeri ini hanya sebuah simbolis mengatakan dirinya merdeka tapi nyatanya hanya sebuah teoritis dalam segi aktualisasi dan nyatanya pula negara ini hanya merdeka secara sosial tapi Ekonomi Masih terjajah, bayangkan negara orang bebas menjual produk2nya kenegeri ini dan negeri ini hanya mampu menjadi konsumen bukan produsen....dan semua hanya ilusinasi dalam khlayan semata...


Negeri ini dapat di nobatkan sebagai negeri penghianat dirinya sendiri semua kadang cendrung dengan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri...
Era globalisasi Era sang kapitalis dimana mereka dapat memebrikan investasi kepada negera maju untuk mendapakan hasil jauh lebih menguntungkan (alias menguntungkan diri sendiri) terkadang semua hanya cerita dongeng yang memberikan sebuah smbangsi yang tak mesti di harapakan....
Negeri ini Aneh kenapa karena Polemik yang terjadi Seakan Sebuah sandiwara yang dimainkan Oleh sang penegak Hukum, sang pemimpin, sang pencaari nama alias politikus.....janji - janji pilitk yang selalu menebar dalam benak masyrakat hanya membuat sebuah kesengsaraan dan penindasan......
      

Betapa mengagungkan karya para pendiri bangsa kita. Bayangkan, rakyat dari 17 ribu kepulauan, yang selama ratusan tahun terus dipecah-belah oleh kolonialisme, berhasil dipersatukan. Politik divide et impera berhasil dipatahkan. Dan kemudian terbangunlah sebuah bangsa bernama Indonesia.
Kita punya prinsip “Bhineka Tunggal Ika”. Prinsip ini berhasil merawat bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam agar tak retak. Bayangkan, bangsa kita masih eksis hingga usia 67 tahun. Banyak negara yang berbasiskan keragaman etnis dan agama sudah
retak dan hancur berantakan. Namun, bangsa kita masih kokoh berdiri.
Perjalanan bangsa ini bukan tanpa tantangan. Di era Bung Karno, kekuatan-kekuatan imperialis berusaha memprovokasi keberagaman ini untuk menancapkan kembali kuku politik divide et impera. Ini nampak pada pemberontakan DI/TII dan berbagai gerakan separatisme di daerah (PRRI/Permesta, RMS, dan lain-lain).
Di masa orde baru, persatuan dan kesatuan menjadi jargon. Kita juga kenyang dengan slogan “Bhineka Tunggal Ika”. Namun, pada masa orde baru, keragaman itu sebetulnya dipasung. Yang terjadi, masyarakat yang “bhineka” itu dipaksa membaur menjadi tunggal. Itulah yang dirasakan oleh kaum minoritas saat itu. Orde baru menjadikan “Bhineka Tunggal Ika” untuk menjaga kekuasaannya.
Sekarang kita memasuki tantangan baru lagi. Kita menghadapi dua tantangan sekaligus: Pertama, serangan eksternal berupa agenda “neokolonialisme” yang berusaha mendesak masuk dan berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara jajahan. Kedua, upaya segelintir kelompok—baik yang disokong imperialisme maupun tidak—untuk mendorong Indonesia terpecah-belah. Ini ditandai dengan menguatnya fundamentalisme, etnosentrisme, dan provinsialisme.
Tantangan ini kian diperparah oleh kenyataan bahwa para elit pemimpin kita tak bisa memberi contoh atau menjadi panutan. Mereka sibuk memikirkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Bahkan, ironisnya, mereka tak malu-malunya meniupkan isu SARA untuk meraih atau mempertahankan kekuasaannya.
Para elit pemimpin ini juga mengabaikan berbagai tingkah-laku kelompok estrim yang berusaha memecah-belah bangsa: penutupan rumah ibadah, serangan dan kekerasan terhadap kaum minoritas, dan lain-lain.
Para elit pemimpin ini juga gagal menciptakan keadilan sosial. Yang terjadi, masyarakat kita makin terjerembab dalam ketidakadilan sosial-ekonomi. Kenyataan ini menjadi celah yang sering dimanfaatkan kaum reaksioner untuk memprovokasi pertikaian berbau SARA.
Inilah konteks berbangsa kita sekarang. Dari situ pula kita menyadari, konsep “Bhineka Tunggal Ika” perlu dikuatkan kembali. Tali perekat ini tak boleh renggang. Justru, dalam situasi perkembangan masyarakat yang kian dinamis, semangat “Bhineka Tunggal Ika” semakin menemukan relevansinya.
Hanya saja, perlu dicatat, Bhineka Tunggal Ika tak punya makna jika bangsa yang dipersatukan ini tak punya tujuan bersama. Seperti di jaman orde baru, Bhineka Tunggal Ika disalahgunakan untuk kepentingan rezim semata. Oleh karena itu, Bhineka Tunggal Ika perlu diletakkan pada semangat awal pendirian negara ini: semangat revolusi Agustus 1945! dalam konteks itu, tak patut lagi memelihara dikotomi pribumi dan non-pribumi di Indonesia. Kita sudah sepakat, seperti ditegaskan Bung Karno pada pidato 1 Juni 1945—lahirnya Pancasila, bahwa nasionalisme kita adalah peri-kemanusiaan. Dan kemanusiaan itu, seperti ditegaskan Mahatma Gandhi, adalah satu. Kemanusiaan tak menghendaki manusia terbagi-bagi hanya karena perbedaan asal-usul, suku, agama, ras, ideologi, dan pilihan politik. Itulah mengapa Bung Karno mengatakan, “aku ingin membentuk satu wadah yang tidak retak, yang utuh, yang mau menerima semua masyarakat Indonesia yang beraneka itu dan yang masyarakat Indonesia mau duduk pula di dalamnya.”

       secerca goresan curhatku untuk indoku yang menjadi sarang para burung - burung walet
hormatku umhar jie//...//..//



2 comments:

Mugniar said...

Terimakasih atas kunjungannya di blog saya ya Umar. Terimakasih atas apresiasinya pada buku saya :)

Sukses yaa ngeblognya ...

Tips n News said...

Singkat saja: bangsa Indonesia bersatulah, MERDEKA!